Sikap Todung itu jelas membingungkan karena dia dianggap sebagai figur tepat saat dinobatkan sebagai ketua. Sikap itu terkesan bahwa ada masalah pelik yang tak bisa diutarakan sosok yang juga menjabat ketua komite etik PSSI tersebut.
Yang jelas, Todung diangkat sebagai ketua setelah Federasi Sepak Bola Asia (AFC) menyetujui pembentukan JC pada 7 Juni lalu. Bersama Catur Agus Saptono, Widjajanto dan Saleh Mukadar yang mewakili PSSI Djohar Arifin, serta empat figur lain dari PSSI La Nyalla Mataliti, yakni Djamal Aziz (wakil ketua JC), Joko Driyono, Togar Manahan Nero dan Hinca Panjaitan bahu-membahu mengatasi kisruh sepak bola Indonesia.
Sayang, kinerja JC yang berjalan kurang mulus, termasuk baru menggelar dua kali rapat secara formal yang menghasilkan lima poin penting, menjadi indikasi kuat mundurnya Todung dari posisi tersebut. Rumor pun beredar bahwa Todung tidak sanggup lagi mengemban amanah tersebut.
Namun, saat dikonfirmasi soal adanya kabar tersebut, Todung memilih bungkam. Pria kelahiran Muara Botung, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, ini menegaskan tidak akan berkomentar soal adanya berbagai kabar tidak sedap menyangkut jabatannya sebagai ketua JC.
“Saya sama sekali tidak ingin berkomentar soal adanya kabar tersebut. Bagi saya, isu hanyalah isu, tidak lebih. Yang pasti, saya tidak mau berkomentar lebih lanjut,” ungkap Todung.
Sikap bungkam yang ditunjukkan Todung memang menimbulkan pertanyaan besar, apalagi jika melihat posisinya sebagai sosok sentral di JC. Sikap itu dikhawatirkan akan menjadi polemik dalam tubuh JC, karena Todung sangat diharapkan bisa menyelesaikan masalah sepak bola Indonesia.
(sindo).