Pada musim ini, 3 besar ISL dikuasai dua klub yang dibesut arsitek impor. Sang jawara Persipura Jayapura dilatih Jacksen F Tiago, arsitek berpengalaman di negeri ini yang berpaspor Brasil. Lalu Arema Indonesia Malang yang jadi runner-up juga ditangani pria asing asal Republik Ceko Miroslav Janu.
Baru klub peringkat 3 pelatih lokal mulai berkiprah. Persija Jakarta yang berada di peringkat ini dibesut Rahmad ’RD’ Darmawan. Setelah RD, ada Nil Maizar yang berhasil membuat klub promosi Semen Padang (SP) menyodok di peringkat 4.
Dua nama itu, RD dan Maizar, tak boleh dianggap remeh. Sebab keduanya mampu berprestasi lebih baik daripada arsitek asing Ivan Vankov Kolev yang menakhodai Sriwijaya FC (SFC). Secara materi SFC dengan Persija dan SP sama, tapi dua pelatih lokal itu mampu menunjukkan kualitas lebih.
”Banyaknya pelatih lokal tentu jadi satu hal yang bagus. Karena selama ini,jujur saja, banyak diskriminasi antara pelatih lokal dan asing. Banyak anggapan pelatih lokal hanya memiliki kualitas nomor dua. Tapi saya yakin pelatih lokal mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan pelatih asing,” kata RD.
Menurut RD, ada beberapa diskriminasi yang sering diterima pelatih lokal. Pelatih yang sempat memberikan gelar juara saat menukangi Persipura dan SFC ini menyebut soal kepercayaan. Manajemen klub di negeri ini biasanya langsung percaya kepada pelatih asing, walau tidak tahu seperti apa kualitasnya.
”Banyak contoh pelatih asing masuk ke Indonesia. Padahal mereka dengan latar belakang yang tidak jelas. Tapi mereka bisa langsung mendapat kepercayaan,” tuturnya.
”Hal itu berbanding terbalik dengan pelatih lokal. Untuk pelatih lokal, jika mereka mau dipercaya, harus kerja keras terlebih dulu untuk menunjukkan kualitas,” lanjut pria yang akan membantu Alfred Riedl menyiapkan timnas U-23 itu.
Jika bicara momentum kebangkitan pelatih lokal, nama Maizar tidak boleh dilupakan. Suksesor Arcan Iurie di SP itu secara mengejutkan mampu membuat klub berjuluk Kabau Sirah ini tampil memukau di debut Kompetisi ISL. Berstatus sebagai klub promosi,SP mampu mengakhiri kompetisi di peringkat 4. Bertumpu pada komposisi gabungan pemain senior dan muda, Maizar sempat membuat Persipura khawatir. Pelatih berusia 41 tahun ini pun menjadikan SP sebagai ancaman baru bagi klub-klub ISL.
”Sebenarnya pelatih lokal punya potensi. Hanya semua tergantung apa bisa menggali potensi di dalam dirinya atau tidak. Apakah pelatih itu punya motivasi dan berkeinginan untuk membangun rasa percaya diri. Intinya, menurut saya adalah mau berusaha, belajar dan terus berpikir maju,” tutur Maizar.
Ada beberapa kunci sukses yang ditanamkan Maizar kepada Ellie Aiboy dkk. Pria asal Payakumbuh ini dengan tegas mengatakan anak asuhnya harus bermain dengan hati. Maksud Maizar adalah pemain SP harus mengerti bekerja di sepak bola untuk mencari nafkah.
”Keberhasilan tim ini adalah sukses tim pelatih, manajemen dan pemain. Saya selalu sampaikan bahwa kami harus bermain dengan hati. Pemain harus berpikir jika apa yang dilakukan di sepak bola adalah untuk keluarga mereka,” cetusnya.
Selain RD dan Maizar, satu sosok pelatih lokal yang prestasinya mencuat musim 2010/2011 adalah Agus Yuwono. Eks pelatih Persik Kediri ini mampu mengantarkan Persidafon Dafonsoro berlaga di ISL musim depan. Agus pun berharap agar ke depan pelatih lokal lebih dipercaya. Menurut dia, kualitas arsitek dalam negeri tak kalah dengan pelatih asing.
”Sebelumnya sempat saya singgung, kenapa kepercayaan kepada pelatih lokal terbilang kurang. Tapi, kondisi ini akan jadi motivasi buat kami. Pelatih lokal tidak boleh ketinggalan dalam pengetahuan,” tandas Agus.
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA INDONESIA 2010 - 2011
» KLASEMEN dan TOP SKOR LIGA PRIMER INDONESIA 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA INGGRIS 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA SPANYOL 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA ITALIA 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA JERMAN 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA PERANCIS 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA BELANDA 2010 - 2011
