LIGA INDONESIA,- Pengelola Liga Primer Indonesia (LPI) siap mengambil risiko jika dalam perjalanannya berbenturan dengan PSSI. Hal ini ditegaskan salah satu penggagasnya Arya Abhiseka kemarin siang (30/9).
Kompetisi LPI santer akan diikuti 12 klub dan ancar-ancarnya akan digelar Oktober ini. Namun lantaran adanya ancaman dari pihak-pihak tertentu kepada klub-klub ditambah masih diauditnya keuangan masing-masing tim, pengelola akan bersabar untuk segera menggulirkannmya.
“Itu sudah risiko,” kata Arya di Jakarta. Arya menegaskan pihaknya tidak ingin berpolemik soal legalitas LPI. Menurutnya setiap warga negara mempunyai hak untuk memajukan olahraga nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Dalam Undang-undang No.3 tahun 2005 disebutkan pada awal penjelasan soal jaminan bagi setiap warga negara untuk memajukan olahraga nasional. Itu ditegaskan pada butir 8 yang berbunyi pembina olahraga adalah orang yang memiliki minat dan pengetahuan, kepemimpinan, kemampuan manajerial, dan atau pendanaan yang didedikasikan untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan olahraga.
Meski belum mendapat izin PSSI, pihak LPI telah mengadakan pendekatan kepada otoritas sepak bola dunia FIFA maupun AFC. “Belum ada pembicaraan dengan PSSI,” kata Arya yang menjanjikan dalam beberapa hari ini akan melakukan pendekatan kepada otoritas sepak bola nasional tersebut.
Arya menjelaskan yang ingin dilakukan LPI adalah mereformasi liga sepak bola nasional. Di bentuk reformasi liga itu setiap klub profesional berinisiatif untuk membentuk sebuah kompetisi yang mandiri, termasuk mandiri dari campur tangan federasi sepak bola. Ini dilakukan dengan pengelolaan dari dan unuk klub yang bertujuan meningkatkan nilai dan kualitas kompetisi sepak bola daan klub-klub peserta.
Contoh yang pernah melakukan reformasi liga adalah kompetisi Liga Primer Inggris yang melakukannya pada 1992. Skotlandia mengikutinya pada 1998 dengan membentuk Liga Primer Skotlandia dan Serie A Liga italia (2010).
Sebelum mereformasi liga, pengelola Liga Inggris hanya mendapat dua juta poundsterling (Rp 28 miliar) dari kontrak televisi. Setelah mengadakan perubahan pengelola bisa menikmati nilai kontrak televisi, 1,6 miliar pound sterling (Rp 22,5 triliun) per musimnya.
Arya beralasan reformasi sepak bola nasional harus segera dilakukan. Itu lantaran Indonesia termasuk dari lima negara yang tersangkut kasus arbitrase dengan pemain. Malaysia, Malta, Romania juga termasuk ke dalam negara yang bermasalah. “Indonesia mempunyai 38 kasus arbitrase,” kata Arya.
(Bgs/tempo)
Baca Juga :
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA INDONESIA 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA INGGRIS 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA SPANYOL 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA ITALIA 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA JERMAN 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA PERANCIS 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA BELANDA 2010 - 2011
PELUANG USAHA :
Home » Indonesia Premier League » “Risiko Kalau Liga Primer Indonesia Tidak Diakui PSSI“