Berlebihan ! DPR Menyeret Alfred Riedl ke Pusaran Konflik

Diposkan oleh Unknown on 21 January 2011

LIGA PRIMER INDONESIA
LIGA INDONESIA,-  Kisruh seputar Liga Primer Indonesia terus berlanjut. Kali ini, bermodal “saya dengar”, DPR menyeret-nyeret pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl yang semestinya tidak perlu ditarik ke pusaran konflik.

Di saat Tim Garuda tengah berkonsentrasi demi Merah Putih di Piala AFF 2010, muncul wacana bergulirnya liga tandingan bertajuk Liga Primer Indonesia, digagas pengusaha Arifin Panigoro, yang sebelumnya memang sudah lama berkecimpung di dunia olah raga melalui kompetisi Medco U-15.

Mereka yang mendukung LPI kagum dengan konsep profesional dan mandiri tanpa APBD. Apalagi ini langsung dibuktikan konsorsium LPI dengan menyuntikkan dana puluhan miliar rupiah kepada masing-masing klub pesertanya.

Sementara yang menentang, banyak juga yang datang dari kaum proreformasi PSSI, menyayangkan sikap LPI yang bertarung di luar organisasi. Mereka khawatir adanya liga tandingan di level yang sama justru semakin memecah belah persepakbolaan nasional. Harapannya, para penggagas LPI lebih baik bertarung di dalam organisasi dengan menjatuhkan sang Ketua Umum Nurdin Halid. Pro-kontra pun semakin memanas.

PSSI akhirnya membawa pertarungan ini ke ranah tim nasional. Memanfaatkan peraturan FIFA dimana yang disebut pemain adalah ‘semua pesepak bola yang mendapat lisensi Asosiasi (Bagian Definisi, Poin 11 Statuta FIFA 2010)’, badan sepak bola tertinggi di Indonesia itu mencabut lisensi para pemain yang berlaga di LPI. Otomatis pemain ini dilarang juga oleh FIFA tampil di laga internasional.

Akibatnya, Indonesia pun tak bisa memainkan bakat-bakat cemerlang pemain muda Indonesia, seperti Wirya Kusmandra (Jakarta 1928) dan Muhamad Ridwan (Tangerang Wolves) pada Praolimpiade 2012. Padahal pelatih Alfred Riedl sendiri menganggap kedua pemain ini menonjol diantara sekitar 86 pemain yang diseleksinya secara intensif selama lebih dari dua pekan.

Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan yang berpindah kewarganegaraan demi Merah Putih juga tak bisa mengenakan kostum Merah Putih setelah Persema menyeberang ke LPI.

LPI berharap bisa duduk bersama dengan PSSI dengan meminta Kementerian Pemuda dan Olah Raga melakukan mediasi. Meski PSSI akhirnya tidak datang, Kemenpora melalui BOPI (Badan Olah Raga Profesional Indonesia) akhirnya mengakui dan mengizinkan LPI bergulir dengan status olah raga profesional dalam negeri. Namun, BOPI mengingatkan untuk hal lain yang menyangkut sepakbola internasional BOPI menyarankan LPI mematuhi peraturan yang digariskan PSSI sebagai satu-satunya anggota yang diakui FIFA mewakili Indonesia.

Namun, pembahasan tidak berhenti sampai Kemenpora saja. Wakil rakyat di gedung DPR pun ikut bersuara. Komisi X akhirnya memanggil Menpora dengan agenda meminta penjelasan mengapa masalah ini terus berlarut. Sayang, topik pembahasan justru merembet ke arah yang kurang substansial.

Bukannya menyoroti pengurus PSSI yang bertanggung jawab terhadap masalah ini, Anggota Komisi X DPR RI I Gede Pasek Suardika justru menyoroti pelatih Alfred Riedl, yang notabene hanya bertanggung jawab secara teknis mengenai Timnas Indonesia dan menjalankan perintah atasan.

“Saya dengar alasan Irfan (Bachdim) tak bisa masuk timnas karena dia berlaga di LPI. Riedl sudah melanggar Undang-Undang kita,” ujar Gede.

Sungguh disayangkan, hanya berdasarkan ‘saya dengar’ tanpa mencari tahu latar belakang selengkapnya, komentar diucap seorang anggota komisi di DPR. Padahal Riedl menegaskan tidak bisa memanggil para pemain tersebut karena memang aturan FIFA mengharuskan seperti itu dan memang seperti itulah adanya.

Bukan hanya Gede saja yang mulai menyoroti Riedl, yang cukup berhasil mengembalikan kekuatan Tim Garuda, setidaknya di level Asia Tenggara. Beberapa anggota DPR mulai ikut terpengaruh dan mempertanyakan sang pelatih.

Jika terus menerus seperti ini, bisa dipastikan pelatih akan merasa tidak nyaman, yang akhirnya berimbas kepada terganggunya usaha Tim Nasional Indonesia mempertahankan momentum dan mencapai hasil maksimal di Praolimpiade 2012 dan SEA Games 2011.

Alangkah baiknya jika pembahasan antara PSSI dan LPI tetap dijaga dengan batasan-batasan tertentu, jangan justru semakin mengganggu Timnas Indonesia, satu dari sedikit hal yang tersisa untuk dibanggakan dari persepakbolaan nasional.
(nic/inilah.com)


Baca Juga :
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA INDONESIA 2010 - 2011
»  KLASEMEN dan TOP SKOR LIGA PRIMER INDONESIA 2011
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA INGGRIS 2010 - 2011
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA SPANYOL 2010 - 2011
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA ITALIA 2010 - 2011
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA JERMAN 2010 - 2011
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA PERANCIS 2010 - 2011
»  JADWAL dan KLASEMEN LIGA BELANDA 2010 - 2011

PELUANG USAHA :