Pertama, kelompk 78 selalu mengatakan perjuangan mereka untuk menegakkan keadilan dan membela mereka yang dzholimi. Karena bagi mereka tidak ada satu pasal pun dalam statuta FIFA yang bisa melarang kedua calon mereka. Jika memang kelompok 78 berkomitmen memperjuangkan keadilan, apa kelompok ini sadar cara dan ngototnya mereka bisa berdampak pada jatuhnya sangsi FIFA buat Indonesia. Ketika jatuh sangsi, apa kelompok ini sadar berapa banyak orang yang akhirnya merasa tidak adil dan merasa terzholimi juga oleh perjuangan kelompok ini yang hanya memperjuangkan keadilan buat dua orang. Berapa banyak anak anak yang menimba ilmu di sekolah sekolah sepakbola akhirnya patah semangat, kondisi psikologis mereka jatuh, padahal mereka berharap dari sepakbola cita cita mereka tercapai dan mungkin berharap juga bisa memperbaiki taraf hidup mereka kelak.
Kedua, apa benar ada indikasi suap dengan jumlah sampai ratusan juta rupiah(bahkan ada indiskasi sampai 500 juta per suara) untuk membeli suara kelompok 78 agar memberi dukungan kepada kedua calon tersebut. Orang awam juga paham pasti ada udang dibalik batu dengan cara cara kelompok ini bagaimana caranya agar kedua calon mereka bisa lolos. Semua orang juga tau pasti ada “sesuatu” dibalik semua cara dan perjuangan yang sangat heroik dari anggota kelompok 78 dalam membela calon mereka.
Ketiga, apa memang benar adanya skenario membuat kongres batal sehingga FIFA menjatuhkan sangsi untuk Indonesia. Dengan jatuhnya sangsi tersebut maka kelompok 78 bisa mengadukan hal tersebut ke CAS karena dalam putusan CAS sebelum kongres disebutkan mereka baru bisa memproses apabila telah jatuh sangsi dari FIFA. Atau skenario yang lain ketika jatuh sangsi dari FIFA, maka liga yang digulirkan oleh calon kelompok ini mendapat tempat dimasyarakat. Karena memang liga ini berjalan tanpa ada pengakuan dari PSSI dan FIFA. Ketika sangsi terjadi maka sponsor akan lari, dan mungkin ISL akan terhenti dan pada saat itulah mungkin kelompok 78 akan mengatakan beralihlah ke liga Primer Indonesia. Jika ini skenarionya sungguh naif alasan pembenaran terhadap liga tersebut dengan mengorbankan masa depan sepak bola nasional.
Keempat, pernyataan dari anggota kelompok 78 terlalu menyederhanakan masalah dan sepertinya sudah menyiapkan jawabannya. Saleh Mukadar mengatakan di Metro TV bahwa jangan takut dihukum FIFA, paling cuma setahun dan selama setahun itu kita bisa memperbaiki semuanya. Pertanyaannya, apa bisa sepakbola diperbaiki dengan orang orang yang sifatnya hanya bisa memaksakan kehendak dengan berbagai macam cara? Apa kelompok 78 yakin FIFA hanya memberi sangsi 1 tahun saja, apa kelompok 78 bisa melobi FIFA untuk hal ini sementara kelompok 78 sudah di balck list oleh FIFA? Buktinya usulan Agum Gumelar sebelum kongres agar kelompok 78 melobi, mempertanyakan alasan FIFA langsung ke markas FIFA saja kelompok 78 tidak berani. Pernyataan Arifin Panigoro yang menyebutkan dalam membahas sesuatu perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang biasa jika dibahas alot, bahkan di DPR bisa 2-3 hari. Secara tidak langsung sebenarnya apa yang terjadi pada kongres Jumat kemarin merupakan skenario kelompok 78.
Kelima, kelompok 78 harus terbuka kepada masyarakat Indonesia siapa saja sebenarnya anggota mereka. Namanya siapa, mewakili pengurus atau klub mana karena sepertinya selama ini kelompok ini tidak pernah terbuka siapa saja anggotanya. Atau jangan jangan hanya klaim sepihak saja karena ternyata dalam kongres kemarin juga yang interupsi orangnya hanya itu itu saja. Atau seperti dugaan sementara pihak lain yang menyebutkan adanya ancaman bagi mereka yang bersebrangan dengan kelompok 78. Usman Fakaubun salah satu anggota kelompok 78 saja, sudah tidak dipercaya lagi oleh sesama pengurus PSSI Papua. Bahkan para pengurus, mantan pemain di Papua menyebutkan akan meminta pertanggungjawaban Usman Fakaubun jika sangsi dijatuhkan ke Indonesia. Bagi mereka Usman Fakaubun tidak boleh lagi mengatakan mewakili kepentingan sepakbola Papua. Begitu juga Kelompok Masyarakat Pemerhati Sepak Bola Kaltim menyebutkan salah seorang pemegang suara dari Kaltim yang bergabung dalam kelompok 78 jangan dengan mudah menyebutkan mengatasnamakan Kaltim. “Masyarakat Kaltim mana yang diwakilinya” begitu tanya kelompok ini. Jangan jangan didalam kelompok 78 hanyalah berisi individu individu pengurus tapi mengklaim sebagai pemegang suara mayoritas. Pertanyaan berikutnya apa benar kemudian ketika kelompok 78 mengatakan sebagai pemegang suara mayoritas sudah berarti mewakili kepentingan sepakbola nasional secara keseluruhan?
Keenam, kelompok 78 harus ikut bertanggungjawab apabila akhirnya FIFA menjatuhkan sangsi buat Indonesia. Jangan lempar batu sembunyi tangan. Indikasi ini mulai terlihat dari pernyataan anggota kelompok 78 yang mengatakan yang mengehentikan kongres adalah komite normalisasi dan bukan mereka. Umuh Muchtar anggota kelompok 78 juga mengatakan bahwa yang bertanggungjawab adalah Agum Gumelar karena yang membuat deadlock adalah pak Agum sendiri dan pak Agum sendiri yang meninggalkan kongres. Pengacara kelompok 78 Patrick Mbaya juga menyebutkan KN menutup kongres berarti mengambil kewenangan kongres itu dan itu melanggar statuta FIFA dan PSSI. Dia juga menyebutkan Thierry Regenass mengarahkan jalannya kongres karena memutuskan untuk berbicara. Semua orang juga tau siapa yang meminta perwakilan FIFA untuk berbicara pada kongres tersebut, orang juga tau siapa yang tidak pernah berhenti melakukan interupsi, memaksakan kehendak sehingga kongres menemui jalan buntu.
Jika kelompok 78 tetap menganggap bahwa mereka tidak ikut bertanggungjawab terhadap implikasi dari deadlocknya kongres kemarin, maka sebenarnya kelompok 78 tidak lebih dari seorang PENGECUT. Meminjam pernyataan Jusuf Kalla, pengecut jauh lebih jahat daripada orang yang jelas jelas berbuat jahat. Karena tidak pernah mau bertanggungjawab, tidak pernah jujur dan tidak pernah memiliki kesejatian diri. Ia hidup dengan kepura puraan.Dan biasanya sikap seorang pengecut selalu ditempeli dengan sikap pencemburu dan ambisi yang berlebihan, dan biasanya untuk mencapai ambisinya itu segala cara di tempuh. Dalam sepakbola jika pemain telah mendapat kartu merah maka pemain tersebut harus keluar walaupun mungkin saja keputusan wasit salah. Kesalahan wasit tersebut baru bisa diusut setelah pertandingan selesai. Semoga kelompok 78 dibukakan mata, telinga dan hati nuraninya.
(sumber:KOMPASIANA)
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA INDONESIA 2010 - 2011
» KLASEMEN dan TOP SKOR LIGA PRIMER INDONESIA 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA INGGRIS 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA SPANYOL 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA ITALIA 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA JERMAN 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA PERANCIS 2010 - 2011
» JADWAL dan KLASEMEN LIGA BELANDA 2010 - 2011
PELUANG USAHA :
..