Arema Indonesia Siap Tempur

Diposkan oleh Unknown on 06 January 2016

Pelatih Arema Indonesia Joko Susilo menegaskan, anak asuhnya sudah siap tempur mendapatkan hasil bagus di pertandingan leg pertama semi-final Piala Jenderal Sudirman melawan tuan rumah Mitra Kukar di Stadion Aji Imbut, Sabtu (9/1).

Arema memboyong 20 pemain ke Tenggarong untuk laga akhir pekan nanti. Tidak banyak perubahan berarti dalam skuat Arema tersebut. Menurut Joko, pemain yang dibawa berada dalam kondisi bagus. Skuat Arema bertolak ke Tenggarong hari ini.

“Sebetulnya kami ingin membawa semua, tapi terbentur masalah teknis. Karena itu, kami membawa 20 pemain. Susunannya tak banyak perubahan dari sebelumnya,” ungkap pelatih yang akrab disapa Gethuk ini.

“Mereka adalah pemain yang paling siap dari segi fisik dan mental untuk pertadingan nanti. Semua materi sudah kami siapkan. Sedangkan pemain yang tidak dibawa, kami sudah meminta mereka menjaga kondisi untuk leg kedua.”

Ke-20 pemain Arema yang dibawa ke Tenggarong adalah I Made Kadek Wardana, Kurnia Meiga, Kiko Insa, Purwaka Yudi, Beny Wahyudi, Ahmad Alfarizi, Suroso, Hasim Kipuw, Junda Irawan, Hermawan, Ahmad Bustomi, Ferry Aman Saragih, Toni Mossi, Dio Permana, Juan Revi, Esteban Vizcarra, Dendi Santoso, Cristian Gonzales, Samsul Arif, Sunarto.
Baca SelengkapnyaArema Indonesia Siap Tempur

Sepak Bola Bagai Makan Sayur Tanpa Garam

Diposkan oleh Unknown on 05 January 2016

Rencana PT Liga Indonesia menggelar kembali Indonesian Super League pada 2016 membuat manajemen Arema Cronus girang. Rudi Widodo sebagai perwakilan klub menyebut, hal itu bisa menghidupkan kembali sepak bola Indonesia.

ISL disebutkan kembali digelar pada Februari atau Maret 2016. Hingga saat ini, PT Liga masih mematangkan rencana tersebut kendati belum mengirimkan surat rekomendasi ke Tim Transisi Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Semenjak PSSI dibekukan FIFA, praktis kompetisi di tanah air memang hanya bersifat turnamen jangka pendek. Sudah ada dua gelaran sejauh ini yakni Piala Presiden dan Piala Jendral Sudirman.

Menanggapi hal tersebut, manajemen Arema yang diwakili Rudi mengatakan pihaknya jelas senang jika ada turnamen bersifat kompetisi seperti ISL. Meski saat ini banyak turnamen seperti Piala Presiden dan Piala Jendral Sudirman, hal itu dinilai masih kurang.

"PT Liga itu representasi dari klub. Jadi, semua yang berkecimpung di sepak bola baik manajer, pemain, owner, tujuan mereka ya satu pasti ikut kompetisi. Mendengar kabar itu (ISL 2016 bergulir) kami ya cukup senang," jelasnya kepada wartawan setelah konferensi pers semifinal Piala Jendral Sudirman, Senin (4/1/2016).

"Kita ikut turnamen ini (Piala Jendral Sudirman) ya cukup senang, tapi kan itu ibarat makan sayur tanpa garam. Ya menang dapat hadiah, cuma kan roh-nya tetap di kompetisi," tutupnya.
(sindo)
Baca SelengkapnyaSepak Bola Bagai Makan Sayur Tanpa Garam

PSSI Sanggupi Syarat Menpora soal Pembekuan

Diposkan oleh Unknown on 04 January 2016

Perseturuan yang melibatkan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) perlahan mulai terurai. Memasuki awal tahun 2016, dua lembaga itu sepakat membenahi sepak bola nasional.

Titik terang masa depan sepakbola nasional yang tengah dalam pembekuan FIFA mulai terlihat setelah Menteri Pemuda dan Olah raga (Menpora) Imam Nahrawi bermaksud memberikan garansi terkait pencabutan SK Pembekuan PSSI. Sanksi administrasi yang dikeluarkan pemerintah pada Agustus 2015 itu membuat kompetisi sepak bola dalam negeri mati suri.

Imam sebelumnya mengatakan bahwa ia bersedia mencabut sanksi tersebut apabila PSSI melakukan transparansi soal kontrak pemain. Pemerintah juga mendesak PSSI agar tidak ada lagi gaji pemain yang telat dibayar klub. Jika dua persyaratan tersebut diterima PSSI, Imam berjanji mencabut SK Pembekuan.

"Federasi (PSSI) harus mau bertindak tegas kepada klub, jadi tidak ada masalah atau keluhan lagi dari para pemain," kata Imam kepada wartawan.

Dalam laman resmi PSSI, Ketua Umum La Nyalla Mattalitti setuju memenuhi tuntutan pemerintah. Menurut La Nyalla, tuntutan apapun akan selalu dijalankan PSSI selama tidak keluar dari koridor statuta FIFA.

"Saya sangat setuju dengan persyaratan tersebut. Saya ini sedang istiqomah menegakkan statuta dan aturan yang jelas," ujar La Nyalla di situs resmi PSSI.

"Tidak ada yang lain. Bagi saya selama itu tidak melanggar statuta PSSI, kami siap dengan tegas melakukan itu. Saya selalu siap jika itu benar," lanjutnya.

Kesamaan visi dua pimpinan lembaga itu diharapkan menjadi titik terang nasib sepakbola nasional. Keharmonisan Pemerintah dan PSSI sangat dibutuhkan untuk kembali membawa Indonesia ke panggung sepakbola dunia. Apa pasal? selama sepak bola mati suri, selama itu pula peringkat Indonesia melorot di mata dunia.

Dengan matinya kompetisi di dalam negeri, tidak terhitung berapa banyak jumlah pemain, pelatih dan offisial klub yang kehilangan mata pencarian. Lebih jauh, tanpa adanya eksistensi tim nasional, bukan tidak mungkin sepakbola hanya memoles unsur kedaerahan, bukan lagi unsur kebangsaan.
(sindo)
Baca SelengkapnyaPSSI Sanggupi Syarat Menpora soal Pembekuan

Tolak Komite Ad-hoc, Pemerintah Tak Serius Urus Bola

Diposkan oleh Unknown

Pembentukan Tim Kecil oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nahrawi diyakini tak bisa menyelamatkan Indonesia dari sanksi FIFA. Pandangan itu disampaikan mantan Anggota Komite Etik FIFA, Dali Tahir.

Menurutnya, pembentukan tim kecil yang dihuni Makarim Wibisono, Dede Sulaiman, Joko Susilo, Gatot Dewa Broto dan Rita Subowo bukan langkah tepat mengingat FIFA sudah bersedia menjembatani PSSI dan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olah raga, dalam wadah Komite Ad-hoc. (Baca juga : FIFA Sahkan Komite Ad-hoc Reformasi PSSI)

"Pengesahan Komite Ad Hoc PSSI secara otomatis mementahkan tugas dan fungsi Tim Kecil bentukan Menpora Imam Nahrawi yang disebutkan akan melakukan lobi terkait sanksi FIFA. Nasib sepakbola Indonesia hanya bisa diselamatkan jika pemerintah bergabung dalam Tim Ad hoc PSSI," kata Tahir, Jumat (4/12/2015).

Wacana pembentukan komite tersebut sudah digagas delegasi FIFA dan AFC saat berkunjung ke Indonesia pada awal November lalu. Komite tersebut beranggotakan perwakilan PSSI, independen, wasit, pemain, media, asosiasi dan Pemerintah.

Pembentukan Tim Ad-hoc PSSI sendiri sudah dilakukan tapi hanya pihak pemerintah yang belum mengirimkan perwakilannya.

"Kalau pemerintah tetap menolak bergabung dengan Tim Adhoc-PSSI berarti dalam Kongres Tahunan FIFA itu akan diputuskan sanksi Indonesia berlanjut. Ini berbahaya karena kita hanya bisa lepas dari sanksi saat Kongres Tahunan FIFA 2017," tegasnya.
(sindo)
Baca SelengkapnyaTolak Komite Ad-hoc, Pemerintah Tak Serius Urus Bola

Persebaya Tidak Terima Undangan Piala Gubernur Kaltim

Diposkan oleh Unknown on 02 January 2016

Meski namanya tercantum dalam 12 peserta turnamen Piala Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), manajemen Persebaya Surabaya ternyata belum mengantongi undangan dari pihak panitia penyelenggara.

Direktur Utama Persebaya, Cholid Goromah mengaku bahwa sampai dengan saat ini belum ada undangan yang masuk ke meja manajemen. Meski demikian, Cholid menyambut baik jika Mat Halil dan kawan-kawan benar-benar diundang dalam Piala Gubernur Kaltim.

"Kami belum dapat undangan. Tapi kami berharap bisa mengikuti turnamen itu agar kemampuan pemain kian matang," ucap Cholid. Cholid mengklaim bahwa timnya siap turun. Apalagi mereka juga aktif menggelar uji coba. Seperti lawan Persekap Pasuruan, Persatu Tuban, Persewangi Banyuwangi dan Indonesia All-Star.

Sejumlah kabar menyatakan bahwa turnamen Piala Gubernur Kaltim akan diikuti 12 tim, yakni Arema Malang, Pusamania Borneo FC (PBFC), Mitra Kukar, Persiba Balikpapan, Bali United, Persija Jakarta, Persib Bandung, Persipura Jayapura, Sriwijaya FC, PSM Makasar, tim PON Kaltim dan Persebaya.(faw/dub)
Baca SelengkapnyaPersebaya Tidak Terima Undangan Piala Gubernur Kaltim

Menpora Siap Cabut Pembekuan PSSI, Asal...

Diposkan oleh Unknown

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi bersedia mempertimbangkan untuk mencabut sanksi pembekuan terhadap PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti. Namun, Menpora punya syarat apabila federasi sepakbola Indonesia itu ingin beraktivitas secara resmi kembali. Apa saja syarat yang diajukan oleh Imam Nahrawi tersebut?

“Apabila sanksi (pembekuan PSSI) dicabut, kontrak pemain harus terbuka,” tandas Imam Nahrawi di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Jakarta beberapa waktu lalu.

“Federasi (PSSI) harus mau bertindak tegas kepada klub, jadi tidak ada masalah atau keluhan lagi dari para pemain,” lanjutnya.

Imam Nahrawi tidak ingin hal-hal negatif terkait persepakbolaan nasional yang pernah terjadi akan terulang jika PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti diaktifkan kembali. Menpora bertekad mewujudkan reformasi sepakbola Indonesia.

“Berandai-andai apabila terjadi masalah yang sama seperti sebelumnya, berarti reformasi ini gagal. Kita seakan-akan hanya tambal sulam soal permasalahan sepakbola,” kata Imam Nahrawi.

Seperti diketahui, Menpora telah menjatuhkan sanksi pembekuan terhadap PSSI kepengurusan La Nyalla Mattalitti yang merupakan hasil dari Kongres Luar Biasa pada April 2015 lalu. Dengan demikian, seluruh kegiatan PSSI tidak akan diakui oleh pemerintah.

Meskipun PSSI telah dua kali memenangkan gugatan terhadap Menpora, yakni di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN), namun Kemenpora tetap bersikeras tidak mau mencabut sanksi pembekuan tersebut.
Baca SelengkapnyaMenpora Siap Cabut Pembekuan PSSI, Asal...

Rapor Merah Imam Nahrawi dan Nasib PSSI.

Diposkan oleh Unknown on 31 December 2015

Jika Imam Nahrawi tidak termasuk dalam jajaran menteri yang terkena reshuffle, itu tentu karena dia sukses dalam 'mengamankan' kebijakan Joko Widodo, sejatinya terkait dengan urusan sepakbola.

Pendapat dari sebagian besar masyarakat tersebut tidak sepenuhnya keliru. Urusan sepakbola sudah menyita konsentrasi Imam Nahrawi sebagai menpora. Padahal, bukan hanya sepakbola yang harus dipikirkan oleh menpora.

Mungkin karena itu pula rapor kemenpora lebih banyak warna merahnya dalam penilaian tahunan untuk kementerian dan lembaga-lembaga negara. Kinerja kemenpora jauh dari memuaskan.

Dalam rapor terkait kinerja kementerian dan lembaga negara untuk 2015 ini kementerian pemuda dan olahraga (kemenpora) hanya memperoleh nilai 53,54, dan menduduki peringkat kedua terburuk untuk kementerian, setelah kejaksaan agung, yang nilainya hanya 50,02.

Penilaian ini bukan main-main, sebab dilakukan langsung oleh kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), yang secara resmi diumumkan pertengahan bulan ini.

Dari total 86 kementerian dan lembaga negara yang ada saat ini, kemenpora bertengger di urutan ke-83, sedangkan kejaksaan agung di posisi buncit.

Oleh karena itu wajar kalau Imam Nahrawi termasuk menteri yang disebut-sebut harus diganti pada reshuffle jilid 2 yang akan diberlakukan Presiden Joko Widodo awal tahun 2016.

Merujuk pada buruknya kinerja kemenpora, pergantian Imam Nahrawi mestinya tidak sulit untuk dilakukan oleh presiden.

Namun, seperti disampaikan di awal tulisan ini, Presiden Joko Widodo tampaknya harus mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan untuk mengganti menpora.

Ini mungkin karena presiden sendiri ikut memberi pengaruh dari kegaduhan yang dibuat oleh menpora, khususnya terkait sanksi administratif terhadap PSSI.

Apakah karena presiden memang demikian 'concern' pada prestasi tim nasional, sehingga tidak maksimalnya pencapaian penampilan timnas belakangan ini membuat ia harus memberlakukan kebijakan tidak populer dengan membekukan organisasi sepakbola nasional itu melalui sanksi administratif dari kemenpora tersebut, sejak 17 April 2015 lalu?

Jawaban lainnya adalah, karena presiden harus mengakomodir keinginan dari kelompok pendukungnya saat Pilpres lalu, yang meminta agar dilakukan pergantian kepemimpinan di PSSI. Tetapi, itu tidak dapat dilakukan oleh presiden karena kepemimpinan La Nyalla Mahmud Mattalitti sangat 'legitimate'.

Dari kondisi seperti itulah, sepakbola Indonesia jadi merana. Bagaimana nasib PSSI kedepannya?

Pertanyaan yang masih sulit ditemukan jawabannya hingga jam-jam terakhir menjelang pergantian tahun.

Tahun 2015 ditutup dengan keprihatinan mendalam terhadap masa depan PSSI. Kendati demikian, tahun 2016 tetap harus disambut dengan menumbuhkan harapan bahwa segalanya akan lebih baik.

Tetap juga dengan memperkuat keyakinan, bahwa kebenaran bisa disalahkan, tetapi tidak bisa dikalahkan!

* TUBAGUS ADHI, pemerhati sepakbola nasional.
Baca SelengkapnyaRapor Merah Imam Nahrawi dan Nasib PSSI.

Lawan Mitra Kukar, Ujian Lini Belakang Arema Indonesia

Diposkan oleh Unknown

Selama pagelaran turnamen Piala Jenderal Sudirman 2015, Arema Indonesia merupakan salah satu tim yang memiliki lini pertahanan terbaik. Hal ini terbukti gawang I Kadek Wardana hanya kebobolan enam gol di babak penyisihan dan babak delapan besar.

Dilansir dari radarmalang.co.id, jumlah kebobolan Arema Indonesia sebenarnya sama dengan Semen Padang dan Mitra Kukar. Tapi, Arema lebih baik karena mencatatkan tiga kali clean sheet. Lebih baik ketimbang Semen Padang dengan dua clean sheet, dan Mitra Kukar yang hanya sekali clean sheet.

Berdasarkan data statistik tersebut, Arema mesti bekerja lebih keras lagi untuk bisa menjadi juara Piala Jenderal Sudirman.

Pelatih Arema Malang, Joko ‘Gethuk’ Susilo menyadari hal itu. Dia percaya, para pemainnya bisa menjaga stabilitas permainan yang sudah berjalan bagus selama babak penyisihan dan babak delapan besar.

“Bisa dilihat, di babak penyisihan dan delapan besar, semua kami akhiri dengan kemenangan,” kata dia.

Arema bisa disebut beruntung karena memiliki barisan pemain belakang yang bagus. Mulai dari Purwaka Yudhi, Kiko Insa, hingga Hasyim Kipuw. Tapi, meredam permainan tim lawan tidak hanya menjadi tugas pemain di lini belakang. Tapi juga pemain di lini serang.

Karena itu, keseimbangan permainan menjadi kunci sukses tidaknya sebuah tim dalam pertandingan. ”Tentu ada taktik dan strategi yang harus dilakukan. Bertahan atau menyerang terlebih dahulu harus kami perhitungkan semua,” kata Gethuk.

Arema Indonesia juga berharap performa kipernya tetap terjaga di babak semifinal. I Made Wardana yang selalu tampil di babak penyisihan dan delapan besar punya kans lebih besar untuk menjadi starter di babak semifinal.

Tapi, Kurnia Meiga juga masih punya peluang untuk merebut posisi kiper nomor satu. Pelatih kiper Arema Alan Haviludin berupaya seobyektif mungkin dalam pemilihan kiper starter. ”Dua-duanya mempunyai kans yang sama,” sambung Alan. (rdm/end)
Baca SelengkapnyaLawan Mitra Kukar, Ujian Lini Belakang Arema Indonesia