Sriwijaya FC : Aturan Baru PSSI Sangat Arogan

Diposkan oleh Unknown on 10 August 2011

LIGA INDONESIA,-  Penentuan format kompetisi plus aturan baru dari PSSI tak hanya menuai wacana pro dan kontra di media. Namun sejumlah klub anggota Indonesia Super League (ISL) mulai teriak menilai PSSI arogan.

Salah satu klub elite ISL, Sriwijaya FC (SFC), mulai gerah dengan keputusan PSSI di bawah Djohar Arifin Husin. Sikap itu diungkapkan manajemen SFC setelah PSSI terkesan selalu mengeluarkan ketetapan yang lebih menguntungkan tim dari Liga Primer Indonesia (LPI), kompetisi bentukan Arifin Panigoro.

Hal itu tersirat jelas dalam surat keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh PSSI Nomor 1370/AGB/90/VII-2011. Surat yang ditandatangani oleh Sekjen PSSI Tri Goestoro dan dikirimkan kepada para pengurus klub melalui faksimile pada Senin (8/8).

Dalam SK itu, PSSI telah memerintahkan sejumlah persyaratan kepada klub agar segera menyelesaikan kewajiban tanpa adanya pertemuan dan persetujuan dari klub sebelumnya. Padahal beberapa waktu lalu, PSSI telah mengundang pengurus klub untuk mengikuti workshop.

”Dalam SK tersebut, PSSI membuat aturan yang sangat memaksakan kehendak, arogan dan sangat tidak fair bagi klub, terutama yang berkompetisi di ISL, Divisi Utama serta lainnya. PSSI terkesan hanya mementingkan agar tim-tim LPI biar dengan mudah lolos verifikasi sebagai klub profesional,” tandas Presiden SFC Dodi Reza Alex.

Pernyataan ini jelas cukup mengejutkan, apalagi selama ini SFC merupakan salah satu klub yang jarang sekali vokal dalam mengkritisi berbagai kebijakan PSSI. Namun SK yang dikeluarkan pada Sabtu (6/8) tersebut telah membuat manajemen SFC sangat kecewa.

Salah satu poin yang disoroti SFC adalah keharusan bagi klub agar mengajukan permohonan jika ingin mengikuti liga profesional. Permohonan itu pun paling akhir hari ini. Selain itu, setiap klub juga diharuskan mengajukan kembali dokumen lengkap klub sebagai syarat verifikasi dengan deadline pada Kamis (25/8).

Menurut Dodi Alex, permintaan ini sama saja dengan mendaftar ulang. Padahal SFC merupakan salah satu klub besar yang pernah merebut trofi ganda kompetisi di Indonesia plus selama tiga musim ini selalu bertarung di level Asia.

”Bukan hanya itu, kewajiban bagi setiap klub untuk menyetorkan deposit sebesar Rp 5 miliar sebagai jaminan juga tanpa alasan yang jelas. Kenapa kami (SFC) harus menyetorkan uang ke rekening milik PSSI, padahal uang tersebut lebih berguna untuk klub,” ujarnya.

Sikap tak peduli juga ditunjukkan Persela Lamongan terkait aturan ”aneh” PSSI. Klub berjuluk Laskar Joko Tingkir ini menjadi satu-satunya klub besar di Jawa Timur yang belum dianggap layak berjibaku di kompetisi profesional. Semua itu sesuai pernyataan Djohar Arifin saat seminar sepak bola di Malang, awal pekan ini.

Saat itu Djohar menyebut 10 klub yang dianggap sudah layak bertarung di liga profesional. Klub tersebut adalah Arema Indonesia FC Malang, Semen Padang, SFC, Persib Bandung, Pelita Jaya, Deltras Sidoarjo, serta tiga klub LPI : Persema Malang, Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar.

Dari 10 klub tersebut, empat di antaranya dari Jawa Timur. Anehnya justru Persela yang lebih berpengalaman di ISL luput dari bibir Djohar Arifin. ”Kami menganggap itu hanya persepsi awal. Verifikasi kan belum dilakukan dan malah persyaratan banyak yang belum dimasukkan. Persela tetap optimistis bisa lolos verifikasi,” tutur Asisten Manajer Persela Yuhronur Efendi.

Selama ini sepak terjang Persela tentunya lebih bagus daripada Deltras dan Persibo di ISL. Dalam beberapa musim terakhir, Laskar Joko Tingkir malang melintang di kompetisi teratas Indonesia tersebut dengan grafik stabil. Beda dengan Deltras yang sempat tak membayar gaji pemain plus krisis yang dialami Persibo lalu pindah ke LPI.
(sindo)